🥇 Tari Cente Manis Dari Betawi

Nah otomatis mereka membawa serta budaya mereka, termasuk makanan khas mereka. Jadilah tertukar-tukar dan menyerupai wisata kulinernya. 4. Kue talam. 5. Gado-gado. 6. Soto Betawi. Info gak penting dariku: saya sendiri mengganti santan dengan susu kedelai; atas pertimbangan untuk mencegah kolesterol. Contohtari berkelompok misalnya tari Cente Manis dari Betawi, Burung Enggang dari Kalimantan, Tifa dari Papau, Yosim Pancer dari Papau dan Tari Belibis dari Bali. Drama tari merupakan bentuk penyajian tari yang memiliki desain dramatic. Ada dua Desain Dramatik, yaitu : 1. Kerucut Tunggal. Beragamseni dan budaya mewarnai keunikan suku Betawi, salah satunya adalah tari. Baca Juga : 8 Tarian Betawi Hilang bak di Telan Bumi, Renggong Manis Adaptasi dari 4 Negara. Ngomongin soal tari, ini dia macam-macam tarian asli betawi yang diunggah melalui akun instagram @jakarta.creative. KueCente Manis gambar kue cente manis makanan khas betawi (Tastemade) Kue ini di kukus dengan bahan yang terbuat dari tepung hunkwe, santan, gula, serta bulir cente manis atau sagu mutiara yang telah matang. Kemudian semuanya dibungkus dalam bungkus plastik lalu dikukus. 14. Getuk Lindri gambar getuk lindri makanan khas betawi (Dapur Kesayangan) Itulahtari ronggeng blantek atau kadang ditulis tari blantek. Sebuah tari kreasi yang berakar dari pertunjukan rakyat Betawi masa penjajahan Belanda ini turut memperkaya khazanah seni tari Nusantara. Ronggeng blantek merupakan tari kreasi baru yang diangkat dari teater rakyat Betawi, yaitu topeng blantek. Topeng merupakan sebutan untuk seni peran atau lawakan, sedangkan nama blantek diambil dari suara musik pengiring yang selalu berbunyi "blang blang tek tek". Tarirenggong manis merupakan tarian suku Betawi yang merupakan perpaduan dari persilangan budaya. Tari ini menceritakan tentang ungkapan bahagia serta kebersamaan remaja putri dari kombinasi budaya Betawi, Arab, Cina Klasik dan India. Tarian Betawi ini umumnya dilakukan pada acara yang bersifat resmi seperti penyambutan para tamu. Contohtari berkelompok misalnya tari Cente Manis dari Betawi. Burung Enggang dari Kalimantan. Tifa dari Papau. Yosim Pancar dari Papau. dan tari Belibis dari Bali. Dramatari merupakan bentuk penyajian tari yang memiliki desain dramatik. Contoh drama tari paling terkenal adalah cerita Matah Ati yang bersumber pada gerak tari gaya Mangkunegaran. . Dampak budaya asing sangat berpengaruh bagi kelanjutan dari sebuah budaya yang ada di Nusantara. Terutama dari daerah ibukota DKI Jakarta dengan suku aslinya Betawi mempunyai beragam tarian tradisional yang beberapa diantaranya sudah mulai dilupakan. Pengaruh budaya asing jadi faktor tergerusnya tari Betawi. Namun, perlahan pemerintah dan masyarakat sudah mulai kembali memperhatikan budaya Betawi satu ini. Macam-Macam Tari Tradisional Betawi Dan Gambarnya 1. Tari Zapin Betawi2. Tari Nandak Ganjen3. Tari Blantek4. Tari Yapong5. Tari Blenggo6. Tari Ngarojeng7. Tari Topeng Betawi8. Tari Lenggang Nyai9. Tari Gitek Balen10. Tari Cokek11. Tari Sirih Kuning12. Tari Samrah13. Tari Renggong Manis14. Tari Lenggo Jingke15. Tari Kembang Lambang Sari16. Tari Ondel-Ondel 1. Tari Zapin Betawi sumber Kata Zafin dibaca Zapin berasal dari bahasa Arab yaitu Zafanan atau Zafana yang artinya mendadak atau mendadak. Atau arti lainnya yakni menari. Tarian ini berasal dari bangsa arab tapi dalam perkembangannya terpengaruh dengan tarian Melayu. Fokus Tari Zapin ada pada gerakan kaki dengan empat pola yaitu pola lantai pokok, pola lantai konde, pola lantai putaran dan pola tiga. Awalnya tari zapin tergolong ada tari pergaulan tapi kemudian beralih fungsi sebagai tari pertunjukan. Sehingga dipertunjukkan untuk memperingati acara khitanan, perkawinan, Hari Maulid Nabi dan sebagainya. Dengan bentuk pementasan disebut Malias, dimana penari berkelompok membuat setengah lingkaran atau lingkaran. Maka ditengahnya kosong digunakan sebagai arena pentas. Tari zapin juga mempergunakan jenis panggung Balandongan panggung buatan semacam proscenium. 2. Tari Nandak Ganjen sumber Sukirman atau lebih dikenal sebagai Entong Kisam menciptakan tari nandak ganjen sebagai tari kreasi baru dari Betawi pada tahun 2000. Tarian ini terinspirasi dari pantun lama Betawi yakni “Buah cempedak buah durian, sambil nandak cari perhatian”. Dalam bahasa Betawi nandak berarti menari sedangkan ganjen berarti centik atau genit yang dimaknai sikap menggoda. Tari nanjak ganjen bercerita tentang gadis remaja yang memasuki fase kehidupan dewasa atau yang lazim disebut ABG anak baru gede. Anak ABG pada masanya peralihan usia beragam sifat bisa muncul, mulai dari keceriaan, sedikit memberontak, ingin melakukan apapun yang mereka inginkan, tanpa harus bertanya dahulu karena mereka sudah merasa dewasa. Kostum penari pun mirip dengan kostum topeng Betawi Karena merupakan tarian turunan dari tari topeng. Busana penari mulai dari kebaya pola tiga warna kuning, hijau, merah di ujung lengannya, toka-toka penutup dada seperti kain yang disilangkan, ada kain “ampreng” untuk menutup bagian perut sampai bawah lutut. Juga memakai ikat pinggang “pending” berwarna emas dan selendang yang diikat pada pinggang. Rambut akan di konde, serta dilengkapi hiasan kepala seperti sumpit berwarna emas hasil akulturasi budaya Tionghoa dan Betawi. 3. Tari Blantek sumber Tari blantek sudah ada sejak zaman penjajahan dan termasuk tari kreasi yang hanya dipertaskan untuk pertunjukkan teater rakyat guna menghibur para tuan tanah zaman dulu. Nama tari blantek berasal dari iringan musiknya yang selalu berbunyi blan blan blan crek. Tari ini ditarikan oleh 4-6 orang wanita memakai busana serba cerah, dengan bagian depan akan dihiasi manik-manik, penari juga memakai selendang di bagian pinggang. Gerakan yang digunakan sangat cepat, luwes dan berenergi sehingga menghasilkan istilah gerakan yang disebut selancar, tindak, rapat tindak, puter goyang, geol dan lainnya. Iringi dengan perpaduan alat musik tanji seperti baritone, terompet, kendang, trombone, sambal, gong, dan tehyan. 4. Tari Yapong sumber Tari yapong termasuk tari pergaulan yang diciptakan untuk mengisi acara ulang tahun DKI Jakarta ke 450 pada tahun 1977, dengan hasil kreasi dari Bagong Kusudiarjo. Tari yapong mengandung adegan sendratari, dimana penari akan menari dengan kesenangan menyambut kedatangan Pangeran Jayakarta. Musik pengiring penyanyi yang berbunyi “ya..ya..ya..” serta suara musik yang akan terdengar “pong..pong..pong” melatar belakangi penamaan tari yapong. 5. Tari Blenggo sumber Kata blengo berasal dari kata lenggak-lenggok, yaitu gerakan yang sering dilakukan untuk sebuah tarian, yang dalam kalangan masyarakat Betawi ada istilah “diblenggoin” yaitu gerakan sebuah tarian. Tarian ini sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Terdapat dua jenis musik pengiring yaitu Blenggo Rebana, menggunakan rebana biang, dan Blenggo Ajeng Betawi menggunakan gamelan ajeng. Tarian ini bernuansa Islam karena biasa dilakukan usai mengaji guna mengisi waktu luang. Pada awalnya tari blenggo digunakan sebagai tari pengiring pengantin pria yang menggunakan adat palang pintu. Namun, seiring perkembanganya tarian in digunakan sebagai tari persembahan untuk menyambut tamu dan termasuk tari hiburan. 6. Tari Ngarojeng sumber Gerakan tari ngarojeng terinspirasi dari musik Ajeng pada awalnya muncul di daerah Betawi pinggiran. Musik ajeng atau musik gamelan ajeng yang pada awalnya adalah musik untuk pementasan Wayang Kulit Betawi. Irama dari musik ajeng mengekspresikan kesabaran, ketegaran dan kekuatan untuk menjalani hidup. Tarian ini diciptakan oleh Wiwiek Widiastuti, yang menggambarkan perempuan Betawi pada masa lalu adalah kaum yang mempunyai kemampuan merawat rumah tangga dan lingkungan sekitarnya. Tari ngarojeng dipentaskan dalam berbagai kegiatan resmi yang diadakan oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah DKI Jakarta. 7. Tari Topeng Betawi sumber Tari topeng Betawi adalah tarian yang sangat terkenal dari daerah Jakarta karena penarinya memakai topeng sebagai properti utamanya. Jika dilihat dari sejarahnya, tarian ini terinspirasi juga dari tari topeng Cirebon. Seperti pertunjukan opera tarian ini jadi perpaduan antara seni tari, nyanyian dan musik sehingga tarian ini lebih bersifat teatrikal dan komunikatif lewat gerakannya. Tari topeng biasanya dipertunjukkan saat acara khitanan, pernikahan serat acara resmi lainnya. Sebab dipercaya tarian ini bisa menjauhkan dari mara petaka, tetapi seiring perkembangan zaman kepercayaan ini sudah mulai luntur. Pertunjukkan diawali dengan iringan musik, setelah itu penari keluar dengan memakai topeng dilanjutkan dengan gerakan tapi sesuai dengan teman yang dibawakan. Temanya tergolong variatif, seperti cerita legenda, kritik sosial, kehidupan manusia, dan ceria klasik lainnya. Tarian ini diiringi dengan alat musik tradisional Betawi antara lain, kempul, kromong tiga, kulanter, krecek, gong buyung, rebab, dan gendang besar. 8. Tari Lenggang Nyai sumber Para wanita Betawi menarikan tari sembah nyai dengan mengekspresikan keindahan dan kelincahan mereka. Dibawakan oleh 4-6 gadis kecil tarian ini diciptakan oleh Wiwik Widiastuti pada tahun 1998. Tarian ini bercerita tentang wanita cantik dari Betawi bernama Nyai Dasimah yang menikah dengan pria Belanda bernama Edward William. Sayangnya dalam pernikahan tersebut Dasima terkekang dan haknya sebagai perempuan dirampas suaminya, oleh sebab itu ia memperjuangkan kebebasannya. 9. Tari Gitek Balen sumber Tari gitek balen adalah tarian yang bercerita tentang seorang gadis yang beranjak dewasa dengan kelincahan gerakan mengartikan bagaimana para remaja masuk dalam masa pubertasnya. Tarian ini termasuk kreasi baru, yang terinspirasi dari ketukan di dalam rangkaian gamelan ajeng Betawi. Tari gitek balen berasal dari istilah gitek yang artinya goyang dan balen yakni suatu pola pukulan pada gamelan Betawi. 10. Tari Cokek sumber Tari cokek jadi salah satu tari tradisional tempo dulu yang diiringi musik Gambang Kromong. Tari ini ditarikan oleh perempuan dan laki-laki secara berpasangannya, sebab tari cokek mempunya fungsi sebagai tari pergaulan. Awal pementasannya tari cokek hanya dipentaskan oleh tiga orang perempuan, tapi seiring perkembangan zaman tari ini dipentaskan secara berpasangan. Dengan awal pertunjukkan yaitu seperti wawayangan di mana penari akan berbaris memanjang laku melangkah maju-mundur mengikuti irama Gambang Kromong. Saat pementasan penari akan memakai baju kurung dan celana panjang berbahan sutra berwarna. 11. Tari Sirih Kuning sumber Tari ini merupakan bentuk pengembangan dari tari cokek, yang populer di kalangan Tionghoa di daerah pinggiran Betawi. Tari Sirih Kuning ditampilkan saat acara pernikahan, saat pengantin pria menyerahkan “Sirih Dare” kepada pengantinnya. Terdiri dari empat belas daun sirih, tujuh lembar di kiri dan tujuh lembar di kanan yang semuanya dilipat kerucut terbalik. Kemudian ditengah lipatan diberi mawar merah dan lembaran uang. Lipatan daun sirih yang berisi uang serta mawar akan dimasukkan lagi ke dalam pembungkus berbentuk segitiga yang luarnya sudah dilapisi kertas emas. Pemberian Sirih Dare melambangkan cinta, kasih serta persembahan untuk mengajak pengantin wanita duduk bersama serta saling mengasihi sebagai suami istri. Tarian ini juga digelar untuk menyambut tamu terhormat, dan untuk merayakan khitanan. Tari sirih kuning dibawahkan secara berpasangan, tapi tetap berjarak dan tidak bersentuhan. 12. Tari Samrah sumber Walaupun berasal dari Betawi, tetapi tari samrah mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Melayu. Hal ini terlihat dari gerakan yang mengutamakan langkah kaki serta iramanya. Tari samrah diiringi dengan nyanyian seorang biduan, berupa pantun dan tema lagu percintaan, cinta wanita serta lagu bertema keagamaan. Tentu saja menggunakan lagu Melayu misalnya, Burung Putih, Pulau Angsa Dua, Cik Minah Sayang, Sirih Kuning Masmura. Namun, sebagai selingan menggunakan lagu Betawi seperti Kicir-Kicir, Jali-jali, Lenggang Kangkung. Karena diiringi dengan nyanyian tarian ini dibagi dua berdasarkan irama, yakni bertempo lambat dan cepat. 13. Tari Renggong Manis sumber Tari renggong manis yaitu tarian tradisional yang berfungsi sebagai ungkapan perasaan. Ungkapan perasaan yang dimaksud seperti ungkapan kebahagian dan rasa kebersamaan para anak yang beranjak dewasa. Tari renggong manis merupakan perpaduan budaya dari Betawi, China Klasik, India dan Arab yang dipentaskan pada acara-acara resmi saja. Seperti acara penyambutan tamu menunjukkan kebahagiaan tuan rumah karena kedatangan tamu terhormatnya. Musik Gambang Kromong juga ikut andil untuk mengiringi tarian ini dengan suara rebab dua dawai. Yang akan terdengar dengan jelas unsur-unsur etnik China. Penari akan memakai busana yang mencolok dengan motif kain penuh pernak-pernik budaya China. 14. Tari Lenggo Jingke sumber Abd. Rachem menciptakan tari legong jingke sebagai tari kreasi baru. Tarian lenggo jingke tercipta berdasarkan pola gerak tari dari tari belenggo. Lenggo berarti tari atau goyang sedangkan jingke berarti jinjit. Menghasilkan tradisi Betawi dengan nuansa tarekat, yaitu nuansa pembangunan semua bentuk tari tersebut sangat Islami. Tari lenggo jingke dipertunjukkan oleh hanya penari wanita. 15. Tari Kembang Lambang Sari sumber Tarian ini kembali diciptakan oleh Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000 sebagai tarian kreasi baru. Tari kembang lambing sari terinspirasi dari Lakon Bapak Jantuk dalam sebuah pentas teater rakyat Topeng Betawi. Yang adalah perpaduan dari musik, tari, lakon drama, dan bobodoran atau lawak. Adegan Bapak Jantuk dan istrinya yang kerap bertengkar karena hal sepele, dengan adegan keduanya disampaikan dalam bentuk berbalas pantun. Kemudian dialog inilah yang menjadi inspirasi dari sebuah tari kembang lambing sari. Nama kembang sari berasal dari iringan tari topeng Betawi. Dalam tarian ini mengekspresikan kebahagian Bapak Jantuk saat menjaga anak-anaknya dengan adegan bernyanyi, menari dan juga berbalas pantun. Tarian ini dibawakan oleh sekumpulan gadis yang berjumlah ganjil karena gerakan yang lemah gemulai lalu semakin lincah mengikuti iringan musik yang ada. Para penari akan memakai kostum kebaya tiga pola dan bawahan kain batik khas Betawi. Sebagai alat musik pengiring menggunakan gamelan topeng, terdiri dari sebuah rebab, satu ancak kenong berpencon tiga, sepasang gendang gendang besar dan kulanter, sebuah kempul yang digantungkan pada gantungan, sebuah kecrek dan sebuah gong tahang atau disebut juga “gong angkong”. 16. Tari Ondel-Ondel sumber Tarian ini sangat terkenal dank has dari Betawi karena terinspirasi dari boneka besar yagng tersbuat dari anyaman bamboo dengan tinggi ± 2,5 meter dan diameter ± 0,8 meter “ondel-ondel”. Namun, tari ini tidak menggunakan boneka ondel-ondel sebagai propertinya tapi hanya menggunakan tampah kecil berhiaskan dengan hiasan wajah khas ondel-ondel yang dibawah para penari. Tari ini menggambarkan kecerian gadis remaja yang sudah ikut menyelenggarakan pesta khitanan yang memang pesta ini selalu dimeriahkan dengan boneka ondel-ondel. Bagi masyarakat Betawi tari ondel-ondel digunakan sebagai penolak bala. Sehingga tarian ini dibawakan oleh penari perempuan secara berkelompok tapi kadang juga dikreasikan sebagai tarian berpasangan. Kostum yang dipakai penari perempuan terdiri dari kebaya tiga warna, dengan bawahan batik Betawi semacam rok lebar. Dengan tambahan bagian dada ditutupi toka-toka silang dada atau teratai bulat, serta penari juga memakai selendang. Sedangkan penari pria memakai pakaian khas Betawi dengan kopiah hitam dan sarung digantung dileher. Sejarah Perkembangan Tari Betawi sumber Sebenarnya sejarah pada setiap hal terutama pada tarian berbeda-beda. Walaupun begitu, kejadian masa lalu punya kesan tersendiri hingga lahirnya sebuah jenis tarian baru. Oleh sebab itu, sejarah tarian Betawi diwariskan untuk keturunan selanjutnya. Contohnya tari kembang lambing sari yang diciptakan Wiwiek Widyastuti pada tahun 2000, munculnya ide tarian dari kreativitasnya sendiri. Ceritnya pun berkaitan dengan cerita “Bapak Jantuk” pada topeng Betawi, yang mengisahkan pertengkaran antara Bapak Jantuk dan istrinya. Adegan in menjadi ide awal terciptanya tari kembang lambing sari, yang menggambarkan kegembiraan sang ayah merawat anak-anaknya yang digambarkan dalam bentuk gerakan, nyanyian, serta saling balas pantun. Karena latar belakang suku Betawi yang berasal dari beragam etnis membuat ekspresi seni tari yang dihasilkan juga sangat kaya. Fungsi Tarian sumber Seni tari Betawi sendiri punya beragam fungsi. Dan setiap fungsi pada tarian juga punya tujuan dan maknanya masing-masing. 1. Fungsi Edukasi Sebenarnya pada dasarnya tarian bertujuan hanya untuk menghibur penonton, tetapi ternyata tarian juga bisa digunakan sebagai wadah edukasi masyarakat. Tarian edukasi adalah tarian yang dipentaskan dengan menampilkan pesan moral yang dapat dipelajari oleh penari dan penikmatnya. Contoh tarian yang dimaksud yaitu tari lenggang nyai, yang menggambarkan seorang nyai dengan semangat menjalani hidup, walau telah melewati banyak cobaan. Nyai tersbeut bernama Nyai Dasimah. Tarian yag menceritakan bagaimana penolakan dan hak seorang perempuan untuk menjalani hidupnya. 2. Fungsi Upacara Memang beberapa tarian tradisional dianggap sakral bahkan hanya dipertunjukkan pada acara-acara tertentu. Sehingga ada tarian dengan fungsi upacara contohnya tari topeng Betawi. Tarian ini hanya dipentaskan pada upacara khitan dan pernikahan saja. 3. Fungsi Pergaulan Setiap daerah tentu punya tari pergaulan. Dari Betawi ada tari yapong dan tari cokek yang difungsikan sebagai tari pergaulan yang dikaitkan dengan keadaan daerah masing-masing. Tari pergaulan kadang dipentaskan saat acara penyambutan panen,bersih-bersih desa, dan lain-lain. Gerakan Dasar Dalam Tarian sumber Berikut adalah gerakan dasar yang digunakan hampir pada semua tari Betawi. 1. Sikap Gibang Beberapa bagian tubuh pada penari seperti kaki, tangan, badan dan kepala. Kaki kanan di depan, kaki kiri kemudian ditekuk jadi lutut akan seorang kanan dan kiri. Badan penari akan merendah, dadah dibusungkan dan mengempiskan perut. Tangan kanan ditekuk depan dada, jari jari tangan mengarah kedepan telapak tangan samping kiri, tangan kiri ditekuk sejajar pinggang jari2 ke depan telapak tangan ke bawah, dan posisi kepala lurus ke depan. 2. Rapat Nindak Posisi kepala menoleh ke kiri depan, kembali ke kiri lagi, badan menggenjot dan merendah, karena lutut terbuka mengarah diagonal ketukan. Tangan kiri sedikit ditekuk, telapak tangan diputar, menghadap serong kiri. 3. Koma Putes Posisi kedua kaki merapat dengan jarak tumit sekitar 2 kepal, lutut terbuka dengan kaki mengarah diagonal, badan dicondongkan ke depan. Kepala menghadap ke depan, tangan direntangkan ke samping sebatas pinggul, telapak tangan kanan kiri menghadap ke atas. Lalu jari-jar ditutup, kemudian diputar,di buka lagi mengarah ke atas, dengan telapak tangan kiri dan kanan menghadap ke samping. 4. Cendol Ijo Posisi kaki merapat dengan jarak tumit satu kepal, badan merendah, pinggul di goyang ke kanan dan kiri dengan 8 hitungan. Posisi tangan diletakkan di pinggul sambil kepala menoleh kiri dan kanan secara bergantian. Kemudian diulang pada gerakan kaki jinjit, kaki kanan di kiri dibelangkai kaki kanan. Kaki kanan sebagai tumpuan berputar ke kiri maka kedua kaki akan sejajar, membelakangi penonton. Diikuti dengan badan merendah berputar ke kanan, badan diluruskan setelah berputar. 5. Koma Pendek Kedua kaki merapat, badan tegak, tangan berada disamping sebatas pinggang, dengan telapak tangan menghadap ke samping. Posisi kepala menghadap ke depan, lengan sedikit ditekuk kemudian telapak tangan ditutup diputar lagi sambil meluruskan lengan. Busana Khas Penari Betawi sumber Tidak akan lengkap suatu pementasan tari tradisional jika penarinya tidak memakai kostum tradisional juga. Busana inilah yang juga jadi pemikat penonton. Tarian tradisional Betawi juga memakai baju adat Betawi yang berbeda-beda pada setiap jenis tarian yang ditampilkan. Baju tradisional Betawi memang terkenal dengan warna-warnanya yang terang. Warna-warni pada kostum membuat penarinya begitu mencolok. Contoh warna yang digunakan yaitu merah ,identik dengan lambing keberanian. Walaupun jadi berasal dari kota metropolitan tarian tradisional Betawi tidak pernah mati digerus zaman. Melainkan masyarakatnya semakin memperhatikan kebudayaan mereka jangan sampai diambil alih oleh bangsa lain. Tari Cokek adalah tarian tradisional Betawi. Meski berasal dari suku Betawi, tarian ini sebenarnya merupakan perpaduan antara budaya Betawi, Sunda, dan Tionghoa. Dalam perkembangannya Tari Cokek dijadikan sebagi tarian penyambut tamu. Gerakan-gerakan dalam tari ini antara lain berupa gerakan berputar, maju mundur, berjinjit, serta gelengan kepala. Para penari sendiri mengenakan kostum berupa baju kurung dengan celana panjang yang terbuat dari bahan sutra dan dilengkapi dengan sehelai selendang. Sementara alat musik yang menjadi pengiring tarian antara lain Gambang Kromong, suling, gendang, dan kecrek. Agar dapat lebih mengenal tarian khas Betawi ini simak pembahasan lengkapnya di bawah ini. Sejarah Tari CokekGerakan Tari CokekFungsi dan MaknaKostum dan Propertia. Baju Kurungb. Celana Panjang Bahan Sutrac. SelendangTata RiasMusik Pengiringa. Gambang Kromongb. Sulingc. Gongd. Gendange. Kecrekf. Sukongg. Tehyanh. KongahyanPertunjukkana. Penempatan Panggungb. Jumlah PenariPesan Morala. Gerakan Tangan Keatasb. Gerakan Tangan Menunjuk Keningc. Gerakan Tangan Menutup Mulutd. Gerakan Tangan Menunjuk MataPelestarian Tari Cokeka. Acara Kemasyarakatan Betawib. Acara Budaya Lokal maupun Internasional Sumber gambar Pada mulanya tarian ini merupakan penggabungan tiga budaya yakni Betawi, Sunda, dan Tionghoa. Hal ini berawal dari kedatangan warga asli Tionghoa yang biasa dipanggil dengan Tan Sio Kek yang sering mengadakan pesta di rumahnya. Pesta tersebut juga sekalian memunculkan iringan permainan musik ala Tionghoa berisntrumen serupa dengan rebab 2 dawai yang juga dikombinasikan bersama alat musik tradisional khas Betawi. Alat musik tersebut terdiri dari suling, gong, dan kendang. Berkat perpaduan itu, para tamu undangan yang hadir ke pesta tersebut larut ikut menari. Sehingga dari sinilah bermula tarian tradisional khas Betawi yang dinamakan tari Cokek. Ada juga yang berpendapat bahwa asal kata “Cokek” diambil dari nama selendang yang juga digunakan dalam tarian. Tapi ada juga sebagian yang berargumen tentang kata “Cokek” diambil dari nama si Tuan Tanah, Tan Sio Kek. Berhubung yang melafalkan adalah Masyarakat Betawi, maka pengucapannya menjadi Sokek. Terlepas dari sumber yang mengabarkan tentang asal usulnya, tarian tradisional ini masih bisa eksis sampai sekarang entah itu di DKI Jakarta maupun Tangerang Selatan bahkan Banten. Gerakan Tari Cokek Sumber gambar Dalam hal gerakan, banyak kesan negatif yang diberikan kepada tari Cokek. Namun sudah banyak para seniman berusaha untuk menjadikan gerakan yang dilakukan para penari untuk lebih dinamis lagi dan tidak dipandang sebelah mata. Salah satu gerakan yang menjadi inti poinnya adalah gerakan maju mundur, memutar, berjinjit serta menggelengkan kepala sambil memainkan kelentikan kedua tangan hingga si penari berputar-putar. Gerakan berputar – putar tersebut disesuaikan dengan alunan musik yang membersamainya, yakni Gambang Kromong. Fungsi dan Makna Sumber gambar Sejak dulu, tari Cokek ini dianggap sebagai tarian hiburan bagi masyarakat lokal. Selain itu juga dimaksudkan sebagai upaya untuk menjaga kebersihan hati di lingkungan masyarakat. Namun, lambat laun untuk tetap terjaga dan melestarikan tarian ini, akhirnya tari Cokek dijadikan sebagai Tari Selamat Datang atau upacara penyambutan tamu. Kostum dan Properti Untuk mendukung pementasan dari tari Cokek ini, maka didukunglah dengan penggunaan kostum yakni baju kurung dan celana panjang sutra. a. Baju Kurung Sumber gambar Di masyarakat Betawi, baju kurung bentuknya menyerupai busana atasan yang lengannya panjang. Baju kurung ini biasanya terdiri dari ragam warna yang mencolok yakni seperti warna hijau, merah, kuning maupun ungu atau bisa juga dengan polosan saja. Kain pembuatan baju ini adalah kain sutra. b. Celana Panjang Bahan Sutra Sumber gambar Selain memakai baju atasan, para penari juga menggunakan baju bawahan berupa celana panjang yang sengaja dibuat dari kain satin. Dinamakan sutra, karena kain ini memiliki efek glowing jika dipakaikan pada penari. Sehingga pada pementasan, kostum yang dipakai penari akan menjadi daya tarik untuk memikat para penonton. Hal ini tentu akan membuat para audience terhanyut dalam tari Cokek. Sebagai tambahan di bagian bawah celana panjang nantinya akan ditambah hiasan yang warnanya sesuai dengan celana. c. Selendang Sumber gambar sewabusanabetawi. Untuk propertinya sendiri, tarian ini sangat sederhana karena hanya membutuhkan selendang. Selendang yang diberi nama “Cokek” tersebut nantinya akan digunakan untuk mengundang para tamu agar ikut naik ke atas panggung. Hal tersebut serupa dengan Tari Jaipong asal Jawa Barat dan Tari Gandrung asal Banyuwangi. Penggunaan selendang oleh para penari Cokek ini yakni pemakain pada pinggang dan membiarkan dua bagian ujung sambil diuarikan ke bawah. Tata Rias sumber gambar Kemudian, sebagai tambahan para penari juga membuat rambutnya disisir rapi ke belakang. Kemudian ada juga para penari yang mengepang rambutnya dan disanggulkan dengan bentuk sanggul yang besar. Lalu, rambut penari ini dihias dengan tusuk konde yang akan selalu bergoyang manakala para penari bergerak melenggak-lenggok. Musik Pengiring Nah, pada ulasan sejarah terdapat pembahasan tentang instrumen musik yang sangat khas pada tarian Cokek. Lagu yang biasanya dibawakan oleh bagian musik pengiring yakni terdiri dari Gelatin Nguk-nguk, Cente Manis Dipatok Burung, Surilang Enjot-Enjotan. Untuk detail pembahasan alat musiknya, simak dibawah ini ya. a. Gambang Kromong Sumber gambar Bagi masyarakat Betawi, media bunyi untuk menyalurkan kesenian sebagai perwujudan ekspresi mereka adalah melalui gambang Kromong. Seni Gambang Kromong ini mulai dikenal oleh masyarakat kurang lebih sekitar tahun 1930-an pada kalangan warga Tionghoa Peranakan atau biasa disebut Cina Benteng dilansir dari berita di Awalnya, seni musik ini hanya diberi nama Gambang. Namun, ketika memasuki periode awal abad ke-20, istilah penyebutannya ditambahkan Kromong. Hal ini dikarenakan tambahan instrumen bernama Kromong. Orang yang menjadi pionir dan memprakarsai Gambang Kromong India adalah Mie Hoe Kong. Gambang Kromong ini difungsikan sebagai penyemarak upacara adat untuk bagian kehidupan seseorang seperti halnya perkawinan, sunatan bahkan nazar. Untuk pementasannya sendiri, Gambang Kromong biasa mengiringi pertunjukkan tari cokek, lenong, dan hiburan khas Betawi lainnya. Sedangkan komposisi para pemain Gambang Kromong ini yakni terdiri dari pemimpin dan panjak alias pemain yang terdiri dari 8 – 25 orang. Pemimpin ini bertugas untuk menjalankan koordinasi dengan anggota, memilih penanggap, menentukan harga pentas, dan memutuskan tarif upah bagi pemain. Tarif yang diberikan kepada pemain akan disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki. Uniknya, pemimpin dalam Gambang Kromong ini dapat sekaligus merangkap sebagai pemilik, anak maupun kerabat yang memang sudah diberikan wewenang untuk menjalankan tugas. Para panjak atau pemain sendiri dapat disesuaikan jumlahnya berdasarkan jenis musik yang dibawakan dan jumlah total pesanan penanggap. Beberapa peranan panjak terdiri dari panjak gambang, panjak kromong, panjak teh-hian, panjak kong-a-hian, panjak su-kong, panjak gong dan kempul, panjak gong enam, panjak ningnong, panjak kecrek, panjak bangsing, terompet, organ, gitar melodi, bas elektrik, drum, penyanyi dan penari. Keahlian yang dimiliki oleh para pemain panjak dapat diperoleh melalui beberapa cara. Pertama, belajar kepada generasi panjak sebelumnya yang memang sudah berpengalaman dalam kesenian khas Betawi ini. Kedua, bisa magang ke beberapa sanggar seni. Sebagai seorang Panjak, mereka dapat menampilkan dan bermain di mana saja. Bisa lewat cara ngamen bersama group, asalkan aturan mainnya tetap dijalankan. Yakni tidak memberatkan group yang lainnya ketika ngamen. b. Suling Sumber gambar Alat musik pengiring yang kedua adalah dengan menggunakan suling. Suling merupakan jenis alat musik yang dibuat dari kayu atau bambu. Hanya saja, seiring dengan bertambahnya zaman, suling modern bisa juga dibuat dari perak, emas atau kombinasi antar keduanya sehingga bisa dimainkan oleh para ahli. Ada juga suling yang dibuat dari nikel-perak atau sejenis logam dan dilapisi perak. Suling jenis ini biasa digunakan untuk para pelajar juga. Suara yang dihasilkan dari suling ini memiliki ciri khas yang lembut dan dapat dikombinasikan dengan alat musik jenis apapun. Cara memainkannya sangat mudah yakni cukup dengan meniup lubang yang sudah ada di suling sambil membuka lubang yang lainnya sesuai dengan nada yang akan dimainkan. c. Gong Sumber gambar Gong biasa dikenal sebagai alat musik khas Jawa. Nyatanya gong juga merupakan salah satu alat musik Betawi yang seringkali dipakai dalam pementasan kesenian Betawi. Jangan heran, gong ini juga sudah terkenal sampai wilayah Asia Tenggara sampai Asia Timur. Cara memainkan alat musik ini sendiri yakni dengan memakai alat lain untuk memukul gong yang sengaja dibalut dari kain tebal. Hal ini sangat berguna untuk memberikan proteksi pada kondisi fisik Gong. Selain itu, suara yang dihasilkan dari getaran yang ditimbulkan akan berbeda antara pemukul yang dibalut dengan kain dan pemukul tanpa kain. d. Gendang Sumber gambar Gendhang adalah alat musik yang asal muasalnya dari Jawa Tengah dan Jawa Barat dan difungsikan sebagai pengatur irama. Gendhang ini terdiri dari bermacam-macam jenis yakni Gendhang Kecil alias Ketipung. Untuk yang level Medium disebut sebagai Kebar atau Kendang Ciblon. Cara memainkannya sangat sederhana. Para pemain hanya perlu memukul gendang tersebut secara bergantian dengan ritem yang teratur. Suara yang aneh akan timbul manakala kedua bagian pada Gendhang tersebut dipukul secara bersamaan. e. Kecrek Sumber gambar Berbeda halnya dengan Gong dan Suling, Kecrek merupakan jenis alat musik yang seringkali digunakan sebagai alat musik dalam bidang seni perdalangan. Hal ini dijadikan sebagai kode dalam memberi isyarat maupun gerak sikap pada wayang. kecrek juga bisa digunakan sebagai penghias irama pada lagu yang dibawakan. Bila dimainkan, maka akan muncul suara crek, crek. Di Jakarta sendiri, kecrek juga merupakan salah satu alat musik yang dimasukkan dalam kesenian orkes musik Gambang Kromong Jakarta. Cara memainkannya terbilang mudah. Anda hanya harus memainkan kecrek dengan cara memukul alat musik tersebut menggunakan alat lainnya yang dijuluki cempala. Namun, untuk pementasan pada wayang Kecrek sendiri, alat musik ini dimainkan dengan cara ditekan menggunakan telapak kaki. Untuk memainkan Kecrek adalah dengan memukul alat tersebut dengan alat lainnya yang disebut cempala. Namun, biasanya bila dalam pertunjukan wayang Kecrek ditekan oleh telapak kaki. f. Sukong Sumber gambar Berdasarkan cara memainkan dan bentuknya, sukong memang masuk dalam kategori alat musik menyerupai rebab yang berasal dari Arab. Namun, ukuran Sukong sendiri terbilang lebih kecil dan hanya memiliki dua untai pada dawai. Cara memainkan sukong adalah dengan cara digesek. Untuk bagian badan sukong sendiri, alat ini dibuat dari batok kelapa. Untuk busurnya, sengaja dibuat dari batang pohon dan bersifat elastis. Rambut yang digunakan dalam busur di sukong sendiri biasanya menggunakan rambut ekor kuda jantan yang warnanya seperti putih keemasan. Selain mengiringi pementasan tari cokek, alat musik jenis ini juga digunakan untuk membersamai pementasan Tari Ondel-ondel dan pertunjukkan lenong. Alat musik ini difungsikan sebagai melodi. Sukong sendiri mampu menghasilkan irama dari lagu-lagu populer Betawi seperti Kincir-kincir dan Jali-jali. Walaupun Sukong ini merupakan alat musik yang muncul akibat budaya Betawi yang plural, alangkah baiknya Sukong juga tetap dilestarikan dan dijaga keberadaannya. Pasalnya, menurut beberapa catatan sejarah sukong menjadi salah satu alat musik yang dikategorikan langka. g. Tehyan Sumber gambar Tehyan merupakan alat musik gesek yang sengaja dibuat dari kayu jati. Tehyan juga memiliki tabung resonansi yang dibuat dari batok kelapa dan dilengkapi dengan senar. Suara yang dihasilkan oleh Tehyan adalah berupa nada – nada yang tinggi. Alat musik Betawi satu ini adalah hasil akulturasi dari budaya Betawi dan Tionghoa pada abad ke-18. Tehyan juga bisa dikombinasikan dengan alat musik lainnya seperti tanjidor. Selain digunakan sebagai instrumen tambahan pada tari cokek, tehyan juga bisa digunakan saat acara pernikahan, perayaan bahkan pemakaman. h. Kongahyan Sumber gambar ; Hati – hati saat pelafalan alat musik ini. Karena namanya hampir serupa dengan Tehyan. Nyatanya, Kogahyan merupakan alat musik gesek yang sangat mirip dengan rebab dan biasa ditemukan di Jawa, Bali, Sunda. Hanya saja, ukuran dari Kongahyan terlihat lebih kecil daripada tehyan dan sukong. Alat musik ini sering digunakan sebagai tambahan dalam pementasan kebudayaan pada beberapa suku di daerah tersebut. Pertunjukkan Sumber gambar Dalam pementasannya, tari Cokek diawali dengan alunan musik yang juga disebut sebagai wawayangan. Wawayangan ini dihasilkan dari alunan Gambang Kromong sebagai step eprtama penari untuk tergabung ke dalam panggung. Pada mulanya, para penari menggerakkan diri secara maju mundur dengan bergantian. Kemudian, para penari merentangkan tangan setinggi bahu penari mengikuti alunan musik. Kemudian, dilanjutkan dengan gerakan lain sampai mengajak para tamu untuk ikut larut dalam tarian dengan cara mengalungkan selendang pada leher tamu. Biasanya, tamu yang mendapat giliran pertama untuk dikalungkan selendang pada lehernya adalah para tamu terhormat. Kemudian dilanjutkan pada para tamu undangan lainnya yang mau diajak menari. a. Penempatan Panggung Pada pertunjukkan tari Cokek, panggung akan disetting agar bisa menjadi lebar dan luas. Sehingga wilayah atau gedung yang akan dijadikan panggung harus bisa diisi oleh banyak orang saat pementasan. Hal ini sangat penting, karena tari Cokek nantinya tidak hanya diisi oleh penari melainkan juga diisi oleh para penonton. Aktifitas ini biasa dikenal oleh warga Betawi dengan sebutan ngibing. Untuk pemain yang mengatur alunan Gambang Kromong, terdapat 7 orang, dan posisinya sering ada di bagian belakang atau sebelah panggung dengan duduk berkelompok. Sementara para penarinya yang bisa terdiri dari 5 sd 10 wanita berjajar di atas panggung mengikuti setiap ritme dan irama yang dibawakan para pemusik. Tarian yang juga disebut dengan julukan tarian Tangeran – Tanggerani ini juga dibawakan oleh laki – laki dan perempuan secara berpasang – pasangan. Pasangan ini diambil setelah melakukan aktivitas ngibing tadi. Hanya saja walaupun pasangan ini menari dengan jarak yang cukup dekat, namun tidak diperbolehkan adanya kontak fisik atau saling bersentuhan. Jika wilayah areal panggung luas, biasanya ada gerakan memutar pada lingkaran besar yang dilakukan oleh pasangan penari. Tarian khas Tangerang ini dikenal dengan budaya etnik Chinanya. Pertunjukkan tarian cokek ini sendiri juga dibilang serupa dengan sintren Yanga da di Cirebon maupun adanya ronggeng di Jawa Tengah. b. Jumlah Penari Pada mulanya, tarian ini dibawakan hanya 3 penari saja. Namun seiring dengan berkembangnya zaman, komposisi para penari Cokek, terdiri dari 5 – 10 kelompok wanita yang berjajar di atas panggung sambil terikut dalam ritme irama yang dihasilkan dari iringan musik. Pesan Moral Sumber gambar Ternyata, terdapat pesan moral dalam setiap gerakan yang dilakukan oleh penari Cokek dalam pementasan. Simak ringkasan sederhana pesan moral yang ingin disampaikan di bawah ini. a. Gerakan Tangan Keatas Ketika penari melakukan gerakan tangan ke atas, hal ini menunjukkan kepada para audience bahwa sebagai manusia kita hanya menggantungkan dan memohon terkabulnya harapan kepada Tuhan yang Maha Kuasa. b. Gerakan Tangan Menunjuk Kening Pada gerakan tangan yang selalu menunjuk kening, hal ini menjadi sebuah harapan bagi semua elemen masyarakat untuk selalu berfikiran baik dan tidak berprasangka buruk terhadap hal apapun. Karena berprasangka buruk terhadap sesuatu apapun tak mendapatkan kebaikan sama sekali. Terutama hal ini sangat dibenci oleh sang Pencipta. c. Gerakan Tangan Menutup Mulut Gerakan tangan menutup mulut menjadi pesan kepada masyarakat bahwa manusia harus senantiasa berkata baik. Apabla tidak dapat berkata baik, maka sebaiknya manusia bisa untuk memilih diam. d. Gerakan Tangan Menunjuk Mata Ketika penari melakukan gerakan tangan sambil menunjuk mata, hal ini menjadi simbol bahwasannya sebagai manusia harus selalu menjaga penglihatan dari hal hal yang buruk. Hal ini juga merupakan bentuk rasa syukur terhadap Pencipta kita karena memanfaatkan anugerah mata yang diberikan dengan maksimal. Pelestarian Tari Cokek Sumber gambar a. Acara Kemasyarakatan Betawi Dalam penjagaan dan pelestarian budaya tari Cokek ini sendiri, masyarakat Betawi berinsiatif untuk mengadakan adanya acara kemasyarakatan yang juga akan mementaskan seni tari tradisional Betawi. Hal ini dimaksudkan agar generasi muda tak melupakan budaya Betawi asli. b. Acara Budaya Lokal maupun Internasional Selain mementaskan tarian pada acara kemasyarakatan Betawi, tari Cokek juga dapat dipertontonkan lewat acara budaya lokal yang diadakan negara sendiri atau bahkan internasional. Untuk wilayah Internasional sendiri, biasanya tari Cokek asal daerah ibukota ini juga dibarengkan dengan tarian adat provinsi lainnya. Demikian ulasan mengenai tari Cokek. Jangan lupa juga simak tarian betawi lainnya, seperti tari yapong, tari ondel-ondel, tari Topeng Betawi hingga tari sirih kuning. Semoga dengan adanya pembahasan sederhana ini dapat memberikan keyakinan kepada generasi muda untuk selalu bangga dan senantiasa mengharumkan citra bangsa. Pun sebagai motivasi agar para pemuda dapat senantiasa menjaga dan melestarikan kebudayaan tari cokek ini dimanapun generasi itu berada. Jangan lupa simak ulasan tarian adat yang lain ya! Ilustrasi kue cente manis atau cantik manis khas Betawi ala Sajian Sedap. - Cente manis atau cantik manis adalah kue tradisional khas Betawi yang terbuat dari hunkue atau tepung kacang hijau. Cara membuat cente manis cukup rebus semua bahannya. Kamu yang hendak membuat kue cente manis bisa mengumpulkan beberapa bahan utama seperti hunkue, biji delima atau pacar cina, santan, daun pandan, garam, dan gula resep buku “Ide Masak - Resep Jajan Pasar Favorit“ 2013 oleh Ide Masak terbitan PT Gramedia Pustaka Utama untuk membuat kue cente manis sebanyak 15 porsi. Baca juga Resep Cantik Manis Jeli, Kue Basah Kekinian buat Sarapan dan Jualan Resep cente manis Bahan 100 gram biji delima atau pacar cina 750 ml santan 1 lembar daun pandan, simpulkan 14 sdt garam 150 gram gula pasir 75 gram tepung sari pati kacang hijau hunkue Daun pisang atau plastik mika secukupnya untuk bungkus Baca juga Resep Cantik Manis Cokelat Pisang, Manfaatkan Pisang Hampir Busuk Cara membuat cente manis 1. Rebus biji delima dengan air secukupnya hingga bening dan matang. Angkat dan tiriskan. Siram air Ambil 100 mililiter santan, larutkan dengan tepung hunkue. Sisihkan. 3. Rebus sisa santan bersama garam dan daun pandan hingga panas. 4. Tuangkan larutan tepung hunkue sambil aduk hingga kental. 5. Tambahkan biji delima, aduk hingga rata. Ambil daun pandan, pinggirkan. 6. Ambil selembar daun pisang, isi dengan 1 sendok makan penuh adonan. 7. Lipat hingga rapi. Biarkan hingga dingin dan mengeras. Sajikan kue cente manis. Buku “Ide Masak - Resep Jajan Pasar Favorit“ 2013 oleh Ide Masak terbitan PT Gramedia Pustaka Utama bisa dibeli online di Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Mari bergabung di Grup Telegram " News Update", caranya klik link kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel. Tag Resep Cantik Manis Jeli, Kue Basah Kekinian buat Sarapan dan Jualan Resep Cantik Manis Cokelat Pisang, Manfaatkan Pisang Hampir Busuk Resep Kembang Goyang, Camilan Goreng Renyah Khas Betawi Resep Bubur Jali Kacang Tanah, Makanan Tradisional Betawi dari Serealia Resep Putu Mayang, Kue Tradisional Khas Betawi Rekomendasi untuk anda Powered by Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda. Terkini Lainnya 16/0hktL ta 8="l="_parent">16-rf = img clasareyUvuAfCA=/0x10lt="rg;om/food/read/2023/n>'eComg T4hhhhhhhhhhhhh_U2a3bIx1bImx Rp23/06/163=nn>'eComg T_p var M = "%7dhttpd9023, 1610 WIB ufreon>'="httmad/2023/06/16/170500475/kapan-waktua, 1610 WIBakan" g-simak-5- clearfix"> Tempat Makan bc clramen-dbtitle arti'q]'''''''''tdirecd-simak-5at-tahun-ini" target="_parent">Penjualan Hewan Kurban di Tangsel Meningkat Tahun Ini Food News 16/06/2023lass="article__lrfix"> 16/06/2023lass="article__lrfix"> cle__link" hrrticle__list__tn9lllllkan-bau-termos-yang-tidakcentar_item 7iv class="article__v> 3='pmenu-restoran-agak,$ile_ef".tTop,t=te"> g-simak-5- clearfix"> =" alt="Kapan Waktu Terbaik Beli Hewan Kurban?"/> 16/03ahHXYIDA vKurbatle"> function dismissReloadModals { var md = vKurc0d9dd*qng-m vKurbatle" photo/ent..6o="c6bKcmion dismissReloadModals { var m903004sr=x"> Comg T_p varWiin3ur Men/read/2023/06/16/19Gbcloto/2023/06/16/66Yz\?DuZuarga" th177x117lw-' L Tempat Maka $"like_"+ Men/read/2023/06/16/19Gbcloto=article_nt fu,Ox ticle__subtitle artinline1r_itdata-src="ht;t nnfo"> httpno-l3MJ0jFGq2YS Pne1r_ita>Fohref1 ng-tidakcentar_it 7ienuSp_"-list__info"> lrmosestle-inf ' f 5nkcentar_it 7i300275/resep-mi-hss="article_datMx_hYz\?ZhYdZ?ekM1we+od/read'a'tElementById"display", "inline"; -st cleardiv class="article__list__info"> btr,eBk; m lse{>btr,eBk; m lse{>btr,eBk; m lse{>btr,eBk; ek;x]h'k3x-makantlT 1; zist__tn9llldij le_ b'urc0d9dd*qneG202nfcuarga" th177x117/\kZ8 c02rin02]s le{>btr,eBks577x117f9 { nds; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ; ;d/2023/m]subti z\?c02]subtr,eBk; hK=" z\?c02]subtr,eBk; list__tn9llldij ogK2OnZ[*jLTDxLP>vLl>xLvVSDdLID4UzXj_hYxLP>vLl>xLxLvVSDdLID4UzXj_hYxLP>vLl>xLvVS_17f9 md = "$1" + iif; c02]snline1r_itdata-src="ht;t nnfo"> httpno-l3MJ0jFGq2YS Pne1r_ita>ogK2OnZ[*jLTDxLP>vLl>xLrocC`OisolfGis TDx sv $" le_ b'urc0d9dd*qne,6 = utc !tz ? "Z" tz >'disa s902;x]hDAfCA=/0 Z" t/06/16/140800775/5-ee1r_ite9santan" $"06/16/R00775/5total_parent">'diod/read'a'tElementById"display", "inline"; -st cleaurc{16/210300275/resep-mi-aceh-kuah-sajikan-dengan-emping-J}ne"]'mping'qy 2enK[kfI_list__asset clearfix"> GE -rlearfain" $"06/16/R00775/5total_parent">'diod/read'a'tElementById"display", "inline"; -st cleaurc{16/210300275/resep-mi-aceh-kuah-sajikan-dengan-emping-J}ne"]'mping'qy 2enK[kfI_list__asset clearfix"> GE -rlearfain" $"06/16/R00775/5total_parent">'omping'qy 26-'HES' 2enK[kfI_listHKH6-dth > 0{ arent">'diod/read4> cle__list s=" s="article_-MgK2On K = utt cdd31bbbbbb'auauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauauaua 66 ttr,eBk_pHHhttps{; orWiin3ur Menzau D-bij& tan>G clont_"stps{; orWiin3ur Menzad;ispliv classpHHHHHHHv> e clont_"stps{; ;x/tEk4 Dv4/photo/2022/10/05/ alt="5 Cara Hilangkan Bau Termos yang Tidak Sedap"/> a'mpin!pyam-kamilanGticle__{>btr, 33dar_ite$. taPta"ticlea/100x67akcentnpa- Ge70275ping'Ay= 0r HHHv> 'kfpd/read/2023/06/16/ = getCodiv> HHHv>ap"/> a'mpin!pyam-k= getCoicle__{>btr, 33dar_ite$. taPta"ticlea/100x67akcentnpa- 'kf50600775/ b'22/10/0J clea/10jvg e clonI7_IE ;1querySelectoWii iarti[ Ge7027uauauauauauau! iarti[5tZ?e"t' e clont_"stpsti[5tZ?e"tx/tEk4 Dv4/photo/2022/10/05/633d389d12cd0t_"stps75/ b'22/10/0J clea/10jvg bc clramen-w_lis0eportComcYry_subb'urc0d9dd*qne,6 bc clramen-w_lis0eportComcYry_subb'urc0d9dd*qne,6 rtC9-2' 1 &1e_l{div> Tr-v class="article__arleslim2 J clea/10jvs=/lt class=`dpauauauauauaudvwtlea/10jvg_srmJ clea/tlea/10a> cloWii ">tCoopJnrc armtrCCCCCCCCCCCCCCCC nds;xB-e22/10/.c0-0nction remDisabled tu4U="plEd uk-2'unrjvs=/B Resep 16/06/2023, 1903 WIB bcB bcB bc ="plEd;k0p/x667/177x117 ao= . r-]Tal66; t">n t">n t">n . sntlEdg$4'Vic,> _srmJ clea/tlea/10a> ao= . r-]Tal66; t">n t">n t">n . /t"> ao= 10jvsnt_"stpsCoI".comm Tempat Mak;x]ffffsZ?edivn_icler2zak;x]ffffsZ?efffffe-me-_IE ;1qc c> eAx ffffsZ?ci'!ovy uupsCoI".commitudleseprci'ref="https//www1506007C-tId'kcm-modals';rti[ticl922/10/nded tu4U="plEd f3 Cara Ay uupsCoI".commitudles_t . /t">;1qcrtCosj[nnKGHfsj[n2iu'urcidslEdb'urci-&'kvn_srmt7"> Z tar">n`nK[kf _ass=ti[ fffsZ?cion rufuncti arta06oeclao= snt"> bc J/E "> y59".commituss=ti[ fffsZ?ciurcidslEoI".commitudles_t . /t">;1qcrtCosj[nn2GHfsj[n2iu'urcidslEdb'urci-& $". kdivn_subne,Ie ; ; ,6 5tZ? $".comm2 o""-9ll-' &',6 J clea/10jvs=/lt p_tkds zf_ eAx ffff75/5-ee1rium">p_ts="article_ b'uInkds ux", uk-tempat-makarcis20,__mr="article__assonya-teroadempat-makarcisplrci E&Lwiv classh3 cEd;ke__B-tdiv> 16tudles_zf_ article__l 7urc0d9tl"rn . sntlEdg$4'Vic,>p_ts="articleara AyuInkds ux", uk-tempat-makarcis20,__mr="article__assonya-teroadempat-makarcisplrci E&Lwcle__s3ecata['comm/Wtdi2s="artoo'/+X506e__tomm/Wtrticle ;k-'fk0p'; -ovelae__lie"> tf; [9x; 0p'; titI775/ivCCCii z\?-nt9-0, Waktu Terbaik Beli Hewan Kury-i arta06oeclad> HHHo -"uv> ;annwE s-=ass="c ;vdMurgy=Ier0 Z"e5lgsoass="itu4;k s-=ass3ecata['comm/Wtdi2s="artoo'/+X506e__tomm/Wtrticle 06oeDI506eBerkini Lainnya tCoopJnrc n2clh g" adicJp= aruauauauT"arTTTTTTTTa _tommle__subtKcm', Cs// HuauauauT"ancti=]>b=/100/f o""e"> vgw3=e; 0p'; titI775/ivCCCii z\?-nt9-0, u=iportCZk-tempat-mc7paso-'ekComcYuti[5tZ? ;k-eokni Lainn;1'&6046ebd00y=INNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNdo4;t5ny\?e10joot p> u=rcisplEdb'urcisplEdb'urcisplEdb'urci15 o"B titI700x667/177x117/data/photo/2022/10/28/ remDisabled tu4U="articl922/10/.c0-ae m0-ae6Is{; Msrmos-yan82A/rx titI7mAdluUkx bcB cled'ymos lpd'. r-] bchke_oudcle__tiaux", cled'ymos lpd'. r-] bchke_oudcle__tiaux", -e o1"mmitudlels// b=3A1;3A'cNutc="h dir> Tela/oeclad="a$ el-'rmJ clea/tlea/10a>{NNNnvU=rtCoLe] [9x; 9class="article__ti $".comment__bofnpaitudlelglng> In x" dir> n t">n tuimvU=rtCoLe] [9x"n"ke_5/633dta['comm/W ;entJ/lt Edb -Bkx", sr HHHo -"uv> ;annwE ;annwEB6z\0A Tempat M3__bodk z\0A rlv>B6z\0A Tem2BdpC9-2'u ;a_jd/rem2tCoo gp/R0hs=6T z\0A ] o06-}a/rrBcl5Wakt-vsuauaudvuauauaufWlec7pas.'em2 class=ur,6 uc ;v;k-empat M3cti > p> ;annwE d-"ar d-"ar e6 uc ;v;kt `a rcirbuDiNutc=ob=/100/f eKx"'dt+ -sPug-gg; 'lu-'class=ur,6 uc ;v;k-eCa0a> d-"ar d-"ar nrtCortirmurcidsofood/r-Ie kx", armP">ti armtrCCCCCCCCCCIe kx", 'kftiaux", e clont_"stpsti[5tZ?e"tx/tEk4 Dv4/photo/2022/10/05/633d389d12cd0t_"stps75/ uc ;v;k-eC100/jdAmenu Rebg TnrtCortirmurcids=hlu- InaB-tK z\?ang0fn0e e 5s 5s x"> In x s="a ; =ty\\\\\\\\giurci'rsplr> InaB-tK_"stps; 61tA06o-TM' ulearTo ;re__guu&t">a-B-tdnle__gy=I".commitud'k50/1eartirmurcidsofood/rmove'm ulearTo ;re_le_ d/r-Ie n"Bf40i,r BdpC9-2'u ;a_jd/u=ic5/div> bc ="ple nx",waltih gt5 n bc h g" adicii[5tZ?e"tx/tEk4 Dv4/photo/2cu"ar itEFiv z\0A ] o0d itEFiv ssu-pJnl;>1>>0224>p> ; 3u>pJnl;/r jl_7pad -Ie ="clearht5tttttisnpa Klea/tlearht5tttttisnpa Klea/tlea 389d12cd0> ;annwE d-"ar d-"ar d-"ad e clon armtr2xN arrrrrrrrrrrrrrr-"uv> ;annwEp>c7"2 o6e' l92,6 r> rcisrhtf1'kctl/">p>c7"2 o6e' l92,6 r> rcs6"mituM;ktj _la5Pm=hluUkx",7gc7e' >c7/dAd3ddA;4/in>ckar ita clltafmogviaT T oc7/dAd3ddA;4/in>ckar ita clltafmogviaT T -B/.'dt+ -sPug-gg;x"'dt+ -sPug077=lT lediIa&i="-9ll- clalrrrrr-"uv> ;annwiIac__guu&t">a-B-tdnle__gy=I".commitud'k50/1eartirmurcidsofood/rmove'm ulearTo ;rspl2 ita k; xLvVS_17f9 md-9efb6 6kc ;v;k-3klass="c adtps//Xs=V/5lass="artidsmni uc ;v;k-eC100/jdAmenu Relass="c a= uc 66ne,6 b gg;/-le/nia c ar="c a= u"ur,m _fne,Ie jdAmenb'urcrltPdXi z\?-3b0qul"L2g"eremDisabled tu4U="articl922/10/.c0-ae functio5Nitle-medium"> ;annwiIac__rtCortir_srm rcU-ux"XEcisgt">a-Bunc/7 s900rPta ImDit6=uov> it6mo l9; > ai z="ar> z\?-3b0qul"L2g"e> ai z="ar>O a-B-tdnle__gy=I".; >c7/"artidsmni uc ;>Tempauu5z=2YxZrS=ur,6 uc ;v;k-eC100/jdAmen'''tAdrr2bf1'k5tAc ;d-uc ;> c> a-B-tdnle__gy=I"''''''WieTempauu5z=2YxZrS=urd W/ak*N"Z" -sanetE=.1 -Ieo Tempauu5z=2YxZrS=ur,6 uc ;/ o""-9ll-' &!ovy o""-9ll- 3div class="arp& iv>-Ieo p-r,KortCor5Edb'58'Blqss=c/f v class="ar h/mpa class=f> ad/e3xZrS=urr adiearfix"-Ieo ;annwiIacc armtrCCCCCC' &x__g"art&!ovy=INNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNNN!ovy=INNNNNNNNNNNNNNiaT T -B/.'dt+ -sPdv>aariIa md-9efbr J/rempO,r ij Tempauu5z=2YxZrS=urd W/ak*N6o-eC100murcidsofood/rm./_ssuiY-Ge=`Ca ea;dA2;>21>02111d331arrk'd/rr ij 21>02111d331aNNNN"9g rcs6"mituM;ktj _bu&=`Ca ea;dAeL. _IE3MVsnt c> >21> gvi0> 21>02111d331arrk'd/rr ij 2cu"ar itEFiv v> r6Vd-"ad{NNNnvU=rtCoLe] [9x+NNNNNNNNNNNNa&uc ;pmEauc ; ;a_o=o=o=o=o=o=o=NNN'rmJg{NNNnvU=A9x

tari cente manis dari betawi